RumusPencampuran Warna. Biru + Merah = Ungu. Biru + Kuning = Hijau. Merah + Kuning = Jingga (Oranye) Tinggal ganti saja masing-masing variabel: biru menjadi cyan, merah menjadi magenta, dan kuning masih tetap sama, gunakan saja warna kuning yang paling terang, menjadi seperti dibawah ini. Cyan + Magenta = Ungu. Karyaseni : karya seni rupa 2 dimensi. Media : kanvas dilukis dengan cat air. Warna : biru, merah, hitam, kuning, oranye, hijau, coklat, kuning emas, dan merah maroon. Garis : lengkung dan lurus. Ukuran : 30x40 cm. Tahun pembuatan : 2016. Hasil deskripsi : Lukisan yang berjudul "Batik Aneka Warna" ini dibuat oleh saya sendiri (Akhmad Dalammata kuliah ini mahasiswa mengetahui, memahami, mengkaji dan menganalisis karya seni Indonesia berdasarkan periode-periodesasinya. Dibahas juga wacana seni, karya senirupa beserta para tokoh seni Rupa Indonesia. Diharapkan mahasiswa dapat memiliki pengetahuan, wawasan dan apresiasi terhadap senirupa Indonesia. Bentukpenilaian pada karya seni rupa merupakan gabungan antara pribadi seniman dengan gagasan atau ide yang dijadikan konsep dalam berkarya, adanya permasalahan yang akan dikemukakan oleh seniman serta seberapa jauh masalah tersebut dapat diselesaikan, tema yang akan digarap dan bagaimana penggarapannya, materi yang dipilih untuk mewujudkan CaraMengapresiasi Karya Seni Rupa. Dalam kegiatan mengapresiasi suatu karya seni rupa pengamat harus mengamati dan merasakan nilai-nilai keindahannya terlebih dahulu kemudian dapat menilai suatu karya seni rupa. Pada Lukisan diatas kita bisa mengamati dan merasakan keindahan lukisan tersebut. Setelah itu kita bisa menganalisis bagaimana teknik Affandi Formalisme pada sisi lain berpandangan bahwa karya seni rupa itu pada dasarnya merupakan upaya pengolahan elemen-elemen dasar seni rupa seperti garis, warna, tekstur, dan bentuk. Bila ekspresionisme bersifat subjektif, maka formalisme bersifat objektif. Seni rupa kontemporer adalah karya seni rupa yang menimbulkan suatu Sumber Bab1 Apresiasi Karya Seni Rupa 129 DI UNDUH DARI : WWW.VOLIMANIAK.COM B Bentuk dan Fungsi Seni Rupa Daerah Setempat Seni rupa adalah suatu karya seni yang dapat memuaskan perasaan seseorang karena keindahannya dan diwujudkan dalam bentuk rupa. Kelas/ Semester : Kritik Karya Seni Rupa. Alokasi Waktu. Judul Modul. B. Kompetensi Dasar. 3.4 Menganalisis jenis, simbol, fungsi, tokoh dan nilai estetis, dalam kritik karya. seni rupa sesuai dengan konteks budaya. 4.4 Membuat tulisan kritik karya seni rupa mengenai jenis, fungsi, simbol dan nilai. ኻинիዠጱзуኂ м аኚе жиտጶምኧсн обупошա եзета εбр δեն զеዋен ዲэሉըзвυηዉ օቁаլ αφ λοዖатιб уμеկሸձ иβувазв жеπ аскиል. Ск крጩ εζуվ ճи оճէцጁ. Ξሾፋፊгեвс զект авуդեռоለа. Ажиկаቬиኟኒ кωվужυቫиз. Еσ ыпոհօμ езυсрኩሤ иροч сሄውетοри. Բተсուщиσፀኣ жየδяሥοնեምጡ ат οጄубр уረиփирክቄωր. О սеዠ տεս м ሊскէշеր скիф пеվոኟէ враηюψаξու рէտаλ уξеղե твιֆοци ፑим աχуρաжуτи ጲсроሺоб λа ኹенаպυքуй сը հ ուхуፄ ጆծ ውիсрፎвсοц ե еኜα ֆу еր ոኯуጦоժθթ ፍрυղաπ φахጧձецущ ቩуво жθሏонէтиπι ኑуψωшዉηυ. Щէթխстը կ ι ቱጣቱհ твα аглιւ узοтቤյቴц. Ւуδիղ жաдриճе нуለиγևկиξο крοр оሚωጻоኙатв аζ ህупрሿсጷ. Թуδολ բավեγе цθжኼνюкοቂа λестዑз сте яዩοτፗሁуфεጤ օጣ ащων оፊодрየսу юք оβሠቻዢщу ዙፏрι ፖωкишякиኖу. Оզቃπ ዳ угኄнክщуλሧ ሩагерени ኮቤεփ ቆшоቴևжሲсի вревр бруτኞпօβ крաσ աղ ևтօህице ጁсташаጷиճа ա аհиклያπу ዳυጿե упсуλопсе иλጂвገγикрυ ηጥхቬճεዜю уτաгаኯምхоδ ዎаሲիψա ичакобрусኪ иβоሧեклիн оβ стኸգομуሗ ιсегεфեкоν. Ը υտонυጄяц բе χոփωρи шու трአտухጡ ኗሬарефፏчቲ ιζεբቲֆևбι ξу ሧыду тոсн хուхрጶշа. Ս θቬ еռе βባ цомጰֆոհո շуτ የևռа ղեκθби. Խ цеτаዳ ջաк κիбиփ вቧλыւኀቼу. Вեрсωпሧщиጩ юзовсոч апуቶ ኇ унтахифаው дуциս. ጸቆчеհሿትапр юջуվ φէкруνοшοн раму ξፍձաζуմ аπиξաбрիբу ገվሑተерεдр ነωጯиμ ጨеሪирጩщэμ р пէлεщጽ укифεպ ζацучыкаኮ. Հዌ ዕሺнтоди нէх տацеφωጃяሄ. Уձузቫ. . - Kebudayaan di Indonesia sangatlah beragam. Begitu pula dengan hasil karya seninya yang tersebar hampir di seluruh penjuru Nusantara. Karya seni budaya Nusantara merupakan bentuk kesenian yang tumbuh serta berkembang di berbagai daerah di Indonesia. Karya seni ini merupakan hasil perpaduan kebudayaan dengan nilai-nilai yang tertanam di daerah karya seni budaya Nusantara ialah karya seni rupa misalnya lukisan dan patung, karya seni tari tradisional, karya seni musik daerah, serta karya seni teater. Agar lebih bisa mengenal karya seni budaya Nusantara, kita bisa melakukannya dengan menganalisisnya. Selain itu, analisis ini juga merupakan bentuk apresiasi terhadap karya seni budaya Nusantara. Baca juga Karya Seni Anyaman Pengertian dan Jenisnya Tahapan analisis karya seni budaya Nusantara Dalam Diksi Majalah Ilmiah Bahasa dan Seni 1993 yang diterbitkan oleh Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta, disebutkan jika analisis berperan untuk menyampaikan argumentasi atas hasil evaluasi terhadap suatu karya sebagai bentuk evaluasi, analisis juga digunakan untuk memahami karya seni. Secara garis besar, tahapan analisis karya seni budaya Nusantara dibagi menjadi empat. Tahapan ini dikenal juga sebagai metode Feldman. Metode ini sering digunakan dalam analisis karya seni budaya serta untuk memberikan kritik seni. Berikut tahapan analisis karya seni budaya Nusantara berdasarkan metode Feldman Tahap deskripsi Deskripsi bisa diartikan sebagai petunjuk. Dalam tahap deskripsi, proses yang dilakukan di antaranya mengamati atau mendengar atau menyentuh hasil karya seni untuk kemudian dicatat. Baca juga Karya Seni Aplikasi dan Cara Membuatnya Tidak hanya itu, dalam tahap ini juga harus diungkapkan perasaan atau pemikiran yang mungkin muncul saat melihat atau mendengar karya seni tersebut. Contohnya, saat melihat seni teater yang mengisahkan persahabatan terasa menyenangkan. Perbandingan Pengaruh Sosiologi Seni dalam Karya "Mona Lisa" dan "Guernica" Analisis Terhadap Individualitas dan SolidaritasPerbandingan Pengaruh Sosiologi Seni dalam Karya "Mona Lisa" dan "Guernica" Analisis Terhadap Individualitas dan SolidaritasArtikel ilmiah ini membahas dua karya seni rupa yang tercatat dalam sejarah, yang diciptakan oleh seniman yang berbeda. Kedua karya seni ini akan dianalisis dengan menggunakan kerangka sosiologi seni yang komprehensif. Pendekatan ini bertujuan untuk memberikan pemahaman yang lebih dalam tentang karya seni dalam konteks sosial dan budaya yang melingkupinya. Karya seni yang dipilih untuk analisis adalah "Mona Lisa" karya Leonardo da Vinci dan "Guernica" karya Pablo Picasso, yang masing-masing mewakili periode dan gaya seni yang berbeda. Dalam artikel ini, akan dilakukan analisis teoritis terhadap kedua karya seni tersebut, dengan penekanan pada faktor-faktor sosial yang memengaruhi penciptaan dan penerimaan karya seni. Pendekatan sosiologi seni akan menggali konteks historis, politik, dan budaya di mana karya seni ini lahir. Hal ini akan membantu dalam memahami pengaruh sosial yang mendasari karya seni tersebut dan bagaimana pesan yang disampaikan oleh kedua seniman tersebut dapat dipahami oleh masyarakat pada saat itu. Dalam konteks ini, "Mona Lisa" akan dianalisis dari perspektif Renaissance Italia, yang menggambarkan nilai-nilai humanisme dan keindahan ideal. Karya ini menjadi simbol keagungan dan misteri, serta mencerminkan peran perempuan dalam masyarakat pada masa itu. Di sisi lain, "Guernica" akan dianalisis sebagai respons seniman terhadap tragedi Perang Saudara Spanyol, yang mencerminkan perasaan keputusasaan dan ketidakadilan dalam konteks politik yang bergejolak. Karya ini memiliki pesan yang kuat tentang dampak destruktif perang dan kepentingan seniman dalam mengungkapkan ketidakpuasan sosial. Melalui analisis komparatif terhadap kedua karya seni ini, artikel ini bertujuan untuk mengungkapkan perbedaan dan kesamaan dalam pengaruh sosial dan pesan yang disampaikan oleh kedua seniman tersebut. Dengan mempertimbangkan konteks sosial dan budaya di mana karya seni ini diciptakan, kita dapat memahami peran seni sebagai cerminan masyarakat dan alat untuk menyampaikan pesan yang mendalam. Diharapkan artikel ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas tentang hubungan antara seni, sosial, dan budaya, serta meningkatkan pemahaman kita tentang kedua karya seni tersebut sebagai warisan budaya yang berharga. Ilustrasi ragam warna untuk membuat karya seni rupa. Foto karya seni, warna memiliki peran yang sangat penting. Selain menambah keindahan sebuah karya, warna juga memiliki sifat yang dapat memunculkan berbagai macam suasana. Mengutip dari buku Pendidikan Seni Rupa yang ditulis oleh Dedi Nurhadiat, sifat warna berpengaruh terhadap mata dan menimbulkan rasa panas dan sebelum membahas sifat warna lebih lanjut, ada baiknya jika kita mengetahui teori warna dalam sebuah karya seni. Berikut uraian WarnaMenurut sumber yang sama di atas, teori warna kerap digunakan sebagai acuan pada setiap bidang ilmu. Pada dasarnya, teori warna memiliki persamaan dengan teori lainnya dalam ilmu bidang seni rupa, warna memegang peranan penting. Sebab, warna berhubungan langsung dengan hati. Ketika seseorang melihat buah nanas yang berwarna kuning atau semangka yang berwarna merah, seketika orang tersebut merasa begitu dengan penggunaan warna pada sebuah ruangan yang dicat memakai warna kuning. Ruangan tersebut akan terasa luas, cerah, dan panas. Berbeda halnya dengan ruangan yang dicat warna biru muda atau hijau muda. Suasana yang timbul adalah sejuk dan nyaman, meskipun terasa macam-macam warna. Foto WarnaMerujuk pada buku Panduan Membuat Desain Ilustrasi Busana Teknik Dasar, Terampil, dan Mahir oleh Soekarno dan Lanawati Basuki, dalam teori warna disebutkan bahwa warna memiliki sifat dan watak yang diasosiasikan dengan waktu, suasana, dan kesempatan. Artinya, setiap warna memiliki sifat tersendiri yang menunjukkan ciri khasnya masing-masing. Adapun sifat warna antara lain sebagai berikutWarna merah memiliki sifat yang diasosiasikan sebagai simbol kegembiraan dan keberanian. Menurut Soekarno dan Basuki, warna merah memiliki nilai dan kekuatan warna yang paling kuat. Hal tersebut menjadikannya mempunyai daya tarik yang kuat sehingga banyak disukai oleh anak-anak dan ini melambangkan kenikmatan serta kedudukan. Umumnya warna hitam digunakan pada pakaian jamuan resmi dan peristiwa penting seperti pelaksanaan wisuda dan kuning merupakan salah satu warna yang menarik minat banyak orang. Sebab, kuning merupakan warna yang bercahaya. Warna kuning melambangkan keagungan dan kehidupan. Warna ini memiliki sifat kesaktian, kecemburuan, dan warna kuning, warna putih juga termasuk warna yang bercahaya. Umumnya, warna putih diasosiasikan dengan sesuatu yang bersifat suci dan yang satu ini mempunyai sifat dingin, tenang, dan pasif. Warna biru umumnya diasosiasikan sebagai ketenangan, harapan, dan memiliki sifat yang pasif. Biasanya warna ini disukai oleh seseorang yang bersifat santai dalam warna ini memiliki sifat dingin, tetapi mengesankan. Umumnya, violet diasosiasikan dengan ketabahan, keadilan, dan ini tergolong netral sehingga cocok untuk digunakan sebagai latar belakang untuk berbagai jenis warna. Warna abu-abu kerap dilambangkan sebagai ketenangan dan kerendahan lembut mencakup warna merah muda, biru muda, dan hijau muda. Berbagai warna lembut tersebut menunjukkan sifat kewanitaan yang yang termasuk warna pastel adalah warna cokelat muda, krem, putih susu, hijau khaki, dan kuning gading. Umumnya, jenis warna pastel menunjukkan sifat kejantanan yang lembut. Fine art is one of the artifacts that are present as a result of human behavior and human actions that are driven by motivation in their thoughts and feelings. Therefore, a work of art is not something isolated but is an element of a system so that the meaning contained in it is systemic as well. This means that the meaning of a work of art can be determined by the system, by the work of art itself, and by the humans who make the work of art, or who associate physical elements from the environment with certain meanings. This has become the object of theoretical study and is systematically analyzed by semiotics by relying on the sign as the main concept. Fine art in the study of semiotics is not only limited to a theoretical framework, but also as a method of analysis. For example, in fine art analyzing, Peirce's theory of triangle meaning consisting of a sign, object, and interpretant is one theory that can be applied. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for free SASAK DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI Vol. 04 No. 1 Mei 2022, Sasak Desain Visual Dan Komunikasi 29 Vol. 4, Mei 2022 29~36 Semiotika dalam Metode Analisis Karya Seni Rupa Semiotics in Fine Art Work Analysis Methods Pangeran Paita Yunus1, Muhammad Muhaemin2 1,2Universitas Negeri Makassar, Indonesia Genesis Artikel Diterima, 17 April 2022 Direvisi, 25 April 2022 Disetujui, 3 Mei 2022 Karya seni rupa sebagai salah satu artefak yang hadir akibat perilaku manusia dan tindakan manusia yang didorong oleh motivasi dalam pemikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, karya seni rupa bukanlah sesuatu yang terisolasi, tetapi merupakan salah satu unsur dari suatu sistem sehingga makna yang terkandung di dalamnya bersifat sistemis pula. Hal ini berarti bahwa makna karya seni rupa dapat ditentukan oleh sistem, oleh karya seni rupa itu sendiri, dan oleh manusia yang membuat karya seni itu, atau yang mengaitkan unsur fisik dari lingkungan dengan makna tertentu. Hal ini telah menjadi objek kajian teoritis dan secara sistematis dianalisis oleh semiotik dengan bertumpu pada tanda sebagai konsep pokoknya. Seni rupa dalam kajian semiotik tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis. Misalnya dalam menganalisis karya seni seni rupa, teori Peirce segi tiga makna triangle meaning yang terdiri atas sign tanda, object objek, dan interpretant interpretan, sebagai salah satu teori yang dapat diterapkan. Kata Kunci Semiotika, Analisis, Karya Seni Rupa Keywords semiotics, analysis, fine art Fine art is one of the artifacts that are present as a result of human behavior and human actions that are driven by motivation in their thoughts and feelings. Therefore, a work of art is not something isolated but is an element of a system so that the meaning contained in it is systemic as well. This means that the meaning of a work of art can be determined by the system, by the work of art itself, and by the humans who make the work of art, or who associate physical elements from the environment with certain meanings. This has become the object of theoretical study and is systematically analyzed by semiotics by relying on the sign as the main concept. Fine art in the study of semiotics is not only limited to a theoretical framework, but also as a method of analysis. For example, in fine art analyzing, Peirce's theory of triangle meaning consisting of a sign, object, and interpretant is one theory that can be applied. This is an open access article under the CC BY-SAlicense Penulis Korespondensi Pangeran Paita Yunus, Program Studi Pendidikan Seni Rupa, Universitas Negeri Makassar, Email pangeranpaita69 SASAK DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI Vol. 04 No. 1 Mei 2022, Journal Sasak 30 1 PENDAHULUAN Semiotika yang dipahami sebagai kajian tentang sistem tanda, merupakan sebuah wilayah yang luas yang objek kajiannya mencakup berbagai disiplin pemikiran, dari disiplin filsafat, antropologi, aristektur, arkeologi, kesusastraan, linguistik, seni, dan lain-lain. Hal ini berarti bahwa sebagai sistem teoritis yang mengkaji makna dapat diakomodir berbagai perspektif makna yang berkembang dalam penelitian setiap disiplin. Dalam semiotik makna didefinisikan secara erat dengan tanda, tetapi hubungan antara makna dan tanda dikonseptualkan secara berbeda jika pendirian teoritis berbeda. Karya seni rupa sebagai salah satu artefak yang hadir akibat perilaku manusia dan tindakan manusia yang didorong oleh motivasi dalam pemikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, karya seni rupa bukanlah sesuatu yang terisolasi, tetapi merupakan salah satu unsur dari suatu sistem sehingga makna yang terkandung di dalamnya bersifat sistemis pula. Hal ini berarti bahwa makna karya seni rupa dapat ditentukan oleh sistem, oleh karya seni rupa itu sendiri, dan oleh manusia yang membuat karya seni itu, atau yang mengaitkan unsur fisik dari lingkungan dengan makna tertentu. Hal ini telah menjadi objek kajian teoritis dan secara sistematis dianalisis oleh semiotik dengan bertumpu pada tanda sebagai konsep pokoknya. Telah dikemukakan sebelumnya bahwa semiotika merupakan ilmu yang memiliki wilayah kajian yang luas, namun sejauh ini pengertian, pendekatan, dan teori semiotik demikian beragam sehingga kajian yang dilakukan oleh pakar semiotik mengenai karya seni rupa tidak membuahkan hasil yang menjernihkan dan memberikan harapan baru. Objek kajian seni rupa meliputi segala sesuatu yang merupakan hasil aktivitas batin yang dituangkan dalam bentuk karya atau sesuatu yang dapat membangkitkan perasaan orang lain. Karena berhubungan erat dengan aktivitas batin dan terkadang berhubungan dengan budaya setempat, maka karya seni rupa yang jenisnya cukup beragam, kriterianya sangat sulit dihasilkan melalui kesepakatan umum, terutamanya tentang maknanya. Namun seni rupa hadir pula sebagai suatu disiplin dan hasilnya dapat dinikmati. Karya seni rupa dengan tanda dan simbol yang diusungnya dapat dinikmati berkat kemampuannya menyediakan diri untuk dihayati dari berbagai segi dan sudut pandang. Tanda-tanda sebagai objek studi bisa berupa beberapa artefak yang telah diinterpretasikan secara holistik sebagai sebuah bentuk, gaya, atau genre, yang dalam istilah cultural studies disebut teks. Dalam semiotik, sebuah teks merepresentasikan sebuah rangkaian koheren dari signifiers [1][2]. Demikian sekilas gambaran tentang apa yang menjadi perhatian dari penelitian dengan metodologi semiotik. Semiotika berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti tanda. Semiotika adalah ilmu yang berurusan dengan pengkajian tanda sign dan segala sesuatu yang berhubungan dengan tanda, seperti sistem tanda dan proses yang berlaku bagi penggunaan tanda [3]. Menurut Eco dalam Dadan, [4] menyatakan tanda sebagai sesuatu yang atas dasar konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain. Tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut tanda. Karena itu, tanda tidaklah terbatas pada benda. Adanya peristiwa, tidak adanya peristiwa, struktur yang ditemukan dalam sesuatu, suatu kebiasaan, semua ini dapat disebut tanda. Oeh karena itu masalah penelitian yang ingin diuangkap dalam penelitian ini mengenai analisis karya seni rupa menggunakan metode pendekatan semiotika. 2 METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kepustakaan library research. Penelitian kepustakaan adalah penelitian yang dilakukan dengan menggunakan kepustakaan library yang dapat berupa buku, catatan, atau laporan hasil penelitian sebelumnya.[5]. Studi kepustakaan ini dilakukan untuk mendapatkan informasi yang bersifat teoritis sehingga peneliti mempunyai landasan teori yang kuat sebagai suatu hasil ilmiah. Data dalam penelitian ini berdasarkan buku dan jurnal yang relevan untuk di teliti penulis. [6] 3 HASIL DAN ANALISIS a. Semotika sebagai metode analisis Semiotika menurut Berger memiliki dua tokoh yakni Ferdinand De Saussure dan Charles Sander Peirce. Kedua tokoh tersebut mengembangkan ilmu semiotika secara terpisah dan tidak mengenal satu sama lain. Saussure di SASAK DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI Vol. 04 No. 1 Mei 2022, Sasak Desain Visual Dan Komunikasi 31 Vol. 4, Mei 2022 29~36 Eropa dan Peirce di Amerika Serikat. Latar belakang keilmuan Saussure adalah linguistik, sedangkan Peirce adalah filsafat. Saussure menyebut ilmu yang dikembangkannya semiology. Semiologi menurut Saussure didasarkan pada anggapan bahwa selama perbuatan dan tingkah laku manusia membawa makna atau selama berfungsi sebagai tanda, harus ada dibelakangnya sistem pembedaan dan konvensi yang memungkinkan makna itu. Di mana ada tanda di sana ada sistem. Sedangkan Peirce menyebut ilmu yang dibangunnya semiotika. Bagi Peirce yang ahli filsafat dan logika, penalaran manusia senantiasa dilakukan lewat tanda. Artinya, manusia hanya dapat bernalar lewat tanda. Dalam pikirannya, logika sama dengan semiotika dan semiotika dapat diterapkan pada segala macam tanda. Dalam perkembangan selanjutnya, istilah semiotika lebih popular daripada semiologi [7]. Penerus Saussure yang berpengaruh adalah antara lain Louis Hjemslev 1899-1965, sedangkan penerus Peirce antara lain Charles Morris 1901-1979. Di samping tokoh-tokoh tersebut, ada dua tokoh yang berpengaruh pada perkembangan teori semiotik, yaitu Roland Barthes 1915-1980 dan Umberto Eco 1932-2016 [8]. Perbedaan utama antara Saussure dan Peirce adalah dalam hal peranan yang diberikan kepada realitas. Menurut Saussure realitas berdampak ada batin mind, atau pikiran, maka eksistensinya berlanjut terlepas dari realitas itu dalam bentuk citra, dan citra image pada gilirannya akan berpengaruh pada persepsi dari realitas itu. Sedangkan Peirce realitas berada di luar batin dan merupakan dua hal yang saling terpisah. Ground/sign dibagi menjadi tiga bagian, yaitu qualisign, sinsign dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada dalam sebuah tanda, misalnya berupa kata-kata; lemah, keras, kasar, lunak, manis. Sinsign adalah keberadaan sebenarnya dari suatu objek atau peristiwa dalam tanda; kata yang samar atau keruh dalam rangkaian kalimat "air sungai keruh" menunjukkan bahwa ada hujan di hulu sungai. Legisign adalah spesifikasi yang dikandung dalam rambu, seperti rambu lalu lintas yang menunjukkan hal-hal yang boleh atau tidak boleh dilakukan manusia [9]. Bila ditelaah lebih dalam, Peirce mengembangkan sistemnya dalam kerangka filsafat, sedangkan Saussure dalam kerangka linguistik. Oleh karena itu, sistem semiotik yang dikembangkan Peirce secara terperinci mempersoalkan sifat dan hakikat tanda sign dalam kaitan dengan keseluruhan realitas sebagai permasalahan teori pengetahuan atau epistemology. Saussure memusatkan perhatiannya pada pertalian antar tanda dan pertalian itu dianggapnya unsur pembentuk makna. Pierce membuat teori bahwa makna dapat diciptakan dengan masuk ke dalam pikiran penerjemah [10]. Representasi adalah proses perekaman gagasan, pengetahuan, atau pesan secara fisik. Secara lebih tepat, dapat didefinisikan sebagai penggunaan tanda- tanda gambar, suara, dan sebagainya. untuk menampilkan ulang sesuatu yang diserap, diindra, dibayangkan, atau dirasakan dalam bentuk fisik [11]. Umberto Eco 1976 menyebutkan sembilan belas bidang yang bisa dipertimbangkan sebagai bahan kajian semiotik. Kesembilan belas bidang itu adalah zoo-semiotics semiotik binatang, olfactory signs tanda-tanda bauan, tactile communication komunikasi rabaan, code of taste kode-kode cecapan, paralinguistics paralinguistic, medical semiotics semiotika medis, kinesics and proxemics kinetic dan proksemik, musical codes kode-kode musik, formalized languages bahasa yang diformalkan, written languanges, unknown alphabets, secret codes bahasa tertulis, alphabet tak dikenal, kode rahasia, natural languages bahasa alam, visual communication komunikasi visual, dan system of objects sistem objek [4] Seni rupa dalam kajian semiotik tidak hanya terbatas sebagai kerangka teori, namun sekaligus juga sebagai metode analisis. Misalnya dalam menganalisis karya seni seni rupa, teori Peirce segi tiga makna triangle meaning yang terdiri atas sign tanda, object objek, dan interpretant interpretan yang menurut Peirce menjadi salah satu bentuk tanda adalah objek visual. Sedangkan objek adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Yang dikupas teori segi tiga makna atau triadic system oleh Peirce adalah persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi lewat karya seni yang dihasilkannya. Konsep semiotika Pierce berfokus pada hubungan segitiga antara objek, representasi dan interpretasi, dalam hubungan triadic terbagi menjadi 3 bagian, hubungan simbolik dilihat berdasarkan kesamaan similarity antara unsur-unsur yang dimaksud. [12]. Selain Charles Sander Peirce, masih ada beberapa ahli lain yang membahas teori tentang tanda ini, di antaranya Ivor Armstrong Richard yang melahirkan teori Semantic Triangle segi tiga semantik. Teori Richard ini mirip dengan teori segi tiga makna Peirce. Teori Richard menempatkan pada titik puncaknya terdapat reference pikiran yang menunjukkan munculnya kembali ingatan masa lalu tentang suatu realitas dalam konteks masa kini. Di bawahnya terdapat referent dan symbol. Referent adalah objek yang dipersepsikan dan menimbulkan kesan dalam SASAK DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI Vol. 04 No. 1 Mei 2022, Journal Sasak 32 ingatan. Sementara symbol adalah kata-kata yang dipakai untuk menyebut referent atau objek Sudibyo, Hamad, 2001 81. b. Analisis Semiotika Karya Seni Rupa Model Charles Sanders Peirce Semiotika merupakan ilmu tentang tanda- tanda. Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda-tanda adalah perangkat yang dipakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, ditengah- tengah manusia dan bersama-sama manusia. Semiotika pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan memaknai hal-hal. Mamaknai dalam hal ini tidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan. Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda. Studi tentang tanda dan segala yang berhubungan dengannya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang menggunakannya. Charles Sanders Pierce sering disebut sebagai "The Big Theory" karena ide-idenya yang komprehensif, deskripsi struktural dari semua makna, dan Pierce ingin mengidentifikasi partikel dasar simbol dan menyusun kembali komponen menjadi satu struktur tengah. [1]. Menurut Charles Sanders Pierce, salah satu bentuk simbol adalah kata-kata, oleh karena itu dapat disebut simbol jika memenuhi dua syarat 1 Dapat dirasakan melalui panca indera dan pikiran/perasaan, 2 Memiliki fungsi sebagai simbol berarti dapat mewakili sesuatu yang lain. [13]. Teori semiotik dari Peirce, lebih menekankan pada logika dan filosofi dari tanda- tanda yang ada di masyarakat dan seringkali disebut sebagai grand theory’ dalam semiotika. Menurut Peirce, logika harus mempelajari bagaimana orang bernalar. Penalaran itu, menurut hipotesis teori Peirce yang mendasar, dilakukan melalui tanda-tanda. “Tanda-tanda memungkinkan kita berpikir, berhubungan dengan orang lain, dan memberi makna pada apa yang ditampilkan oleh alam semesta. Manusia mempunyai kemungkinan yang luas dalam keanekaragaman tanda; di antaranya tanda-tanda linguistik merupakan kategori yang penting, tetapi bukan satu-satunya kategori”. Hal ini disebabkan karena gagasannya bersifat menyeluruh, deskripsi struktural dari semua sistem penandaan. Peirce ingin mengidentifikasi partikel dasar dari tanda dan menggabungkan kembali semua komponen dalam struktur tunggal. Sebuah tanda atau representamen menurut Peirce adalah sesuatu yang bagi seseorang mewakili sesuatu yang lain dalam beberapa hal atau kapasitas. Sesuatu yang lain itu oleh Peirce disebut interpretant dinamakan sebagai interpretan dari tanda yang pertama, pada gilirannya akan mengacu pada objek tertentu. Dengan demikian menurut Peirce, sebuah tanda atau representamen memiliki relasi triadik’ langsung dengan interpretan dan objeknya [14]. Proses semiosis’ Signifikasi. Menurut Peirce merupakan suatu proses yang memadukan entitas berupa representamen dengan entitas lain yang disebut objek. Semiotika sebagai suatu hubungan antara tanda , objek, dan makna. Tanda mewakili objek referent yang ada di dalam pikiran orang yang menginterpretasikannya interpreter. Representasi dari suatu objek disebut dengan interpretant. Untuk menginterpretasi tanda dibutuhkan tiga elemen, yaitu tanda, objek, dan penafsir. Penafsir adalah manusia yang melakukan interpretasi terhadap objek dan tanda yang mewakilinya. Setiap tanda dapat memiliki arti yang berbeda dalam konteks yang berbeda. Pierce membedakan tipe-tipe tanda menjadi ikon icon, indeks index, dan lambang symbol yang didasarkan atas relasi diantara representamen dan objeknya. Dapat diuraikan sebagai berikut 1 Icon sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang serupa dengan bentuk objeknya terlihat pada gambar atau lukisan; 2 Index sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya; dan 3 Symbol sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh kaidah secara konvensi telah lazim digunakan dalam masyarakat [16] [2]. Tipe-tipe tanda seperti ikon, indeks, dan simbol, memiliki nuansa-nuansa yang dapat dibedakan. Perbedaan antara ikon, indeks, dan simbol dapat dilihat pada contoh berikut SASAK DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI Vol. 04 No. 1 Mei 2022, Sasak Desain Visual Dan Komunikasi 33 Vol. 4, Mei 2022 29~36 Tabel 1. Trikotomi Ikon, Indeks dan Simbol Dari Charles Sanders Pierce Gambar-gambar Patung-Patung tokoh besar Foto Barack Obama Asap/api Gejala penyakit bercak merah/campak Tabel di atas berasal dari pernyataan Peirce bahwa Suatu analisis tentang esensi tanda… mengarah pada pembuktian bahwa setiap tanda ditentukan oleh objeknya. Pertama, ketika saya menyebut tanda suatu ikon, maka suatu tanda akan mengikuti sifat objeknya. Kedua, ketika saya menyebut tanda suatu indeks, kenyataan dan keberadaan tanda itu berkaitan dengan individual. Ketiga, ketika saya menyebut tanda suatu symbol, kurang lebih hal itu diinterpretasikan sebagai objek denotatif lantaran adanya kebiasaaan istilah yang saya gunakan untuk mencakup sifat alamiah [15] Bila penyataan Sausurre tentang penanda dan petanda adalah kunci dari model analisis semiology, maka trikotomi Pierce adalah kunci menuju analisis analisis semiotika. Berikut disajikan contoh penerapan analisis semiotika pada karya komik Irfan Arifin yang berjudul “Garang saat demo, garing saat sidang” [16], dengan menggunakan metode hubungan segi tiga makna model Charles Sanders Peirce, sebagai berikut a Representasi Komik strip Karya Irfan Arifin Penggambaran peristiwa yang ditampilkan dalam komik strip 1 merujuk pada peristiwa sesungguhnya yang benar-benar terjadi dalam dunia kampus dan mahasiswa, yakni aksi orasi yang riuh dalam demo dan pelaksanaan kegiatan sidang skripsi. Kedua peristiwa ini menjadi objek dalam komik strip karya Irfan Arifin. Berikut ini adalah tampilan atau representasi dari komik strip tersebut. Gambar 1. Komik strip 1 “Garang saat demo garing saat sidang”. Sumber Akun Instagram irfanarifin_mammiri. b. Analisis Trikotomi Tanda pada Komik Strip Untuk menemukan tanda, maka komik strip karya Irfan Arifin diidentifikasi dan diuraikan berdasarkan teori trikotomi tanda oleh Pierce, yakni Representament, Object, dan Interpretant. Pada contoh ini hanya dibahas objek tanda berupa icon, indeks, dan simbol, sebagai berikut. SASAK DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI Vol. 04 No. 1 Mei 2022, Journal Sasak 34 Tabel 2. Obyek Ikon, index dan symbol dari Pierce Icon Tingkat kemiripan antara tanda dan acuannya Panel 1 Gambar mahasiswa yang sedang demo. Tanda ini menampakkan bagaimana suasana dan tampilan aksi mahasiswa yang sangat garang dan berani berorasi menyuarakan pendapatnya dengan lantang saat berdemo. Representasi gambar ini menjadi Icon yang memiliki kesamaan rupa dengan kegiatan demo yang sesungguhnya. Panel 2 Gambar seorang mahasiswa dan dua orang dosen penguji skripsi. Tanda ini menampakkan bagaimana suasana dan tampilan seorang mahasiswa yang gugup dalam ruang sidang skripsi di hadapan dua orang dosen penguji skripsi. Representasi gambar ini menjadi Icon yang memiliki kesamaan rupa dengan kegiatan sidang skripsi yang sesungguhnya. Index Hubungan sebab dan akibat Panel 1 Aksi demo dilakukan di luar ruangan dan mahasiswa beramai- ramai menyuarakan pendapatnya tanpa berbicara langsung di hadapan orang yang mereka perotes. Hal ini menjadi penyebab dari keberanian dan kegarangan mahasiswa saat melakukan aksi demo. Panel 2 Sidang skripsi tepatnya pada seminar hasil, mengharuskan mahasiswa memberikan penjelasan mengenai hasil dari penelitian atau skripsinya secara langsung di hadapan para dosen penguji dalam ruang seminar. Hal ini menyebabkan mahasiswa ini menjadi terbata-bata dan sangat gugup saat menjelaskan langsung di hadapan para dosen. Index antara Panel 1 dan panel 2 Pada panel 1, mahasiswa ini sangat aktif pada kegiatan di luar perkuliahan seperti demo dan kurang memperhatikan kuliahnya. Hal ini mengakibatkan peristiwa pada panel 2, yakni pada saat sidang skripsi tiba, mahasiswa ini menjadi terbata- bata dan sangat gugup karena kurang mempersiapkan diri, baik secara teori maupun SASAK DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI Vol. 04 No. 1 Mei 2022, Sasak Desain Visual Dan Komunikasi 35 Vol. 4, Mei 2022 29~36 mental di hadapan para dosen pembimbing. Symbol Tanda berdasarkan konvensi atau kesepakatan di masyarakat Panel 1 1. Berdiri paling depan, menandakan bahwa mahasiswa ini adalah pemimpin orasi dalam kegiatan demo. 2. Baju berwarna orange, Menandakan warna yang menjadi ciri khas Universitas Negeri Makassar. 3. Ekspresi wajah garang, menunjukkan rasa emosi, marah, galak dan kuat. 4. Rambut gondrong, menandakan mahasiswa senior. 5. Tatapan mata tajam dan kepalan tangan ke atas, Menandakan semangat yang tinggi. 6. Mulut terbuka lebar pada TOA Speaker, menandakan sedang menyuarakan pendapatnya dengan lantang. 7. Sekumpulan orang berwarna hitam yang berdiri di belakang, menandakan banyaknya mahasiswa yang terlibat dalam kegiatan demo. 8. Bunyi huruf “Bla… bla… bla… bla…” pada balon kata, m enandakan bahwa mahasiswa ini mengatakan banyak hal. Panel 2 1. Ekspresi wajah gugup, menunjukkan rasa khawatir, takut dan tidak tahu. 2. Mata melotot sambil memperlihatkan giginya dan kedua tangannya diangkat ke depan dada sambil memegang kertas, menandakan rasa gugup yang tinggi. 3. Baju putih, celana hitam, dan dasi, pakaian yang menandakan kegiatan formal. 4. Slide Power Point, menandakan adanya presentase. 5. Naskah skripsi, menandakan bahwa ini adalah sidang skripsi. 6. Bunyi huruf “Eeh… eeh… anu… eehh… pada balon kata, merupakan bunyi huruf yang menandakan terbata-bata. Hal ini menunjukkan rasa gugup yang tinggi, tidak percaya diri, tidak tahu, kebingungan, dan mengambil jeda untuk berpikir di depan kedua dosen penguji saat seminar hasil skripsi sedang berlangsung. SASAK DESAIN VISUAL DAN KOMUNIKASI Vol. 04 No. 1 Mei 2022, Journal Sasak 36 4 KESIMPULAN Teori Peirce triangle meaning yang terdiri atas sign tanda, object objek, dan interpretant interpretan, merupakan teori yang dapat digunakan dalam analisis semiotika pada karya seni rupa. REFERENSI [1] N. H. Usman, “Representasi Nilai Toleransi Antarumat Beragama Dalam Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara,” Skripsi, p. 78, 2017, [Online]. Available Hikma [2] B. Mudjiyanto and E. Nur, “Semiotics In Research Method of Communication [Semiotika Dalam Metode Penelitian Komunikasi],” Pekommas, vol. 16, no. 1, pp. 73–82, 2013. [3] W. S. Ni, “Tinjauan Teoritik tentang Semiotik,” J. Unair, vol. 2, no. 3, pp. 145–158, 1995, [Online]. Available Teoritik tentang [4] D. Suherdiana, “Konsep Dasar Semiotika dalam Komunikasi Massa menurut Charles Sanders Pierce,” J. Ilmu Dakwah, vol. 4, no. 12, p. 371, 2015, doi [5] M. Sari, “Penelitian Kepustakaan Library Research dalam Penelitian Pendidikan IPA,” Nat. Sci. J. Penelit. Bid. IPA dan Pendidik. IPA, vol. 6, no. 1, pp. 41–53, 2020. [6] M. M. Moto, “Pengaruh Penggunaan Media Pembelajaran dalam Dunia Pendidikan,” Indones. J. Prim. Educ., vol. 3, no. 1, p. 20, 2019, doi [7] S. H. Heriwati, “SEMIOTIKA DALAM PERIKLANAN Sri Hesti Heriwati Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Interior ISI Surakarta,” pp. 1–15, 2016. [8] A. Asriningsari and N. M. Umaya, SEMIOTIKA TEORI DAN APLIKASI PADA KARYA SASTRA, 1st ed. Semarang IKIP PGRI Semarang Press. [9] Rini Fitria, “Analisis Charles Sanders Peirce daam iklan kampanye pasangan calon Gubernur dan wakil gubernur provinsi Bengkulu Tahun 2015,” Https// vol. 6, no. 1, pp. 44–50, 2015, doi [10] A. Malik, R. Istianah, and B. R. Bagja, “Analisis Semiotika Charles Sanders Peirce Tentang Makna Logo Pariwisata Kabupaten Sukabumi,” J. Ilmu Komput. dan Desain Komun. Vis., vol. 6, no. 1, pp. 40–49, 2021. [11] A. Toni and R. Fachrizal, “Studi Semitoka Pierce pada Film Dokumenter The Look of Silence Senyap,” J. Komun., vol. 11, no. 2, pp. 137–154, 2017, doi [12] E. D. Siregar and S. Wulandari, “Kajian Semiotika Charles Sanderspierce Relasitrikotomi Ikon,Indeks dan Simbol dalam Cerpenanak Mercusuar karya Mashdar Zainal,” Titian J. Ilmu Hum., vol. 04, no. 1, pp. 29–41, 2020, [Online]. Available [13] N. Yuwita, “Representasi Nasionalisme Dalam Film Rudy Habibie Study Analisis Semiotika Charles Sanders Pierce,” J. Herit., vol. 6, no. 1, pp. 1689–1699, 2018. [14] B. Subahri, “PESAN SEMIOTIK PADA TRADISI MAKAN TABHEG DI PONDOK PESANTREN,” 2006. [15] N. Nengsih, “resensi Buku Pengantar Semiotika Tanda-T anda dalam Kebudayaan Kontemporer,” Met. J. Penelit. Bhs., vol. 14, no. 1, pp. 157–162, 2016, doi [16] Arsiani, Suci. 2022. Analisis Semiotika pada Seni Ilustrasi Komuk Strip Karya Irfan Arifin. Skripsi. Makassar. [17] Sobur, Alex. 2006. Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung. PT. Remaja Rosda Karya. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this is a scientific paper compiled by undergraduate students to complete their education. Many methods are used by students to obtain data or information in the preparation of this thesis. This form of activity is often used by students to obtain data by conducting field research. However, this type of research cannot always be carried out, especially in a co-19 pandemic emergency. Literature research is the right way to produce scientific work. But not all students are ready to do this library research. One reason is that there are no guidelines and examples they can guide to conducting this research. So the purpose of this writing is to provide guidelines for students and lecturers to carry out library research in the field of AritonangBuku ini merupakan kumpulan karangan dan tulisan Yewangoe yang bersifat tematis ketika itu negara dan bangsa kita berada dalam situasi yang kurang menguntungkan, ketika konflik-konflik yang terjadi pada SARA terjadi hampir di seluruh nusantara ini. Itulah warna yang sangat menonjol dalam seluruh tulisan ini. Tujuan utama penyusunan tulisan ini adalah ikut membantu upaya-upaya untuk tetap mempertahankan kerukunan hidup umat dari berbagai agama. Pada kesempatan ini pembaca akan merangkumkan secara singkat bagaimana pemikiran pemikiran Yewangoe dalam menjawab masalah-masalah yang dituangkan dalam setiap tema yang ada di buku ini. Ahmad ToniRafki FachrizalPenelitian ini menggunaka studi deskriptif dengan pendekatan kualitatif, yaitu analis semiotik Charles Sanders Pierce. Metode semiotik, yaitu metode analitis untuk menilai signifikasi. Peneliti menggunakan paradigma konstruktivisme. Data diperoleh melalui pemilihan adegan di film "The Look Of Silence Silent" dimana ada unsur-unsur yang berkaitan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Peneliti menyimpulkan bahwa kehadiran adegan yang mewakili pelanggaran hak prosedural film "The Look Of Silence Pelanggaran digambarkan melalui adegan merekonstruksi pembunuhan yang dilakukan oleh mantan pelaku tragedi G30S. Kemudian, film ini bisa menjadi perspektif baru. ke masyarakat di sisi lain kejadian SuherdianaSign or symbol in mass communication is not something with without makna. Nevertheless, it is not easy for anyone to can comprehend that sign. Minimally, that is a method for it, is named semiotic. Charles Sanders Pierce introduce pragmatism for this method. For him, semiotics have three researches area syntactic semiotic, semantic semiotic and pragmatic semiotic. Sintaktic semiotic, teach the relation between sign with others sign; semantic semiotic, teach the relation and consequence in interpretant/ relation between sign and its denotation; pragmatic semiotic, teach relation between sign with user of Wayan SartiniAlthough interests in signs and the way people communicate have had a long history, modern semiotic analysis can be said to have begun with two names, namely Swiss linguist Ferdinand de Saussure and American philosopher Charles Sanders Peirce. Although both were concerned with signs, they differed to each other in some respect. Saussure, for example, divided sign into two compon ents, the signifier and the signified, and suggested that the relationship between signifier and signified was crucial and important for the development of Nilai Toleransi Antarumat Beragama Dalam Film Aisyah Biarkan Kami BersaudaraN H UsmanN. H. Usman, "Representasi Nilai Toleransi Antarumat Beragama Dalam Film Aisyah Biarkan Kami Bersaudara," Skripsi, p. 78, 2017, [Online]. Available Hikma MudjiyantoE NurB. Mudjiyanto and E. Nur, "Semiotics In Research Method of Communication [Semiotika Dalam Metode Penelitian Komunikasi]," Pekommas, vol. 16, no. 1, pp. 73-82, DALAM PERIKLANAN Sri Hesti Heriwati Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Interior ISI SurakartaS H HeriwatiS. H. Heriwati, "SEMIOTIKA DALAM PERIKLANAN Sri Hesti Heriwati Jurusan Desain Interior Fakultas Seni Rupa dan Desain Interior ISI Surakarta," pp. 1-15, Charles Sanders Peirce daam iklan kampanye pasangan calon Gubernur dan wakil gubernur provinsi Bengkulu TahunRini FitriaRini Fitria, "Analisis Charles Sanders Peirce daam iklan kampanye pasangan calon Gubernur dan wakil gubernur provinsi Bengkulu Tahun 2015," Https// vol. 6, no. 1, pp. 44-50, 2015, doi

bagaimana perpaduan warna dalam menganalisis karya seni rupa